Pikiranku kini menerawang jauh menyelami masa laluku, masa ketika aku masih di dekat seorang bapak, di dekap seorang ibu. Terlalu banyak kenangan masa kecil yang bisa membuatku menjatuhkan bulir – bulir air mata ku. Kenangan yang menggetarkan jiwaku. Ibuku, seorang wanita asli Yogya yang halus, ramah setiap langkahnya penuh santun, mendengarnya bicara membuat hatiku selalu dingin, tutur katanya yang lembut penuh sayang, wanita yang ramah pada setiap orang. Beliau selalu mengajarkan aku dan kakak - kakak ku tentang adat orang jawa, adat penuh kelembutan.
Ibuku orang yang sangat baik pada anak – anaknya, beliau begitu perhatian. Ketika jam makan tiba, beliau selalu mengingatkan kami untuk makan, beliau tak ingin anaknya sakit. Kalau diantara kami, kelima anaknya ada yang sakit, beliau selalu cepat - cepat membawa kami ke Dokter. Selain itu, Ibu kami selalu ingat makanan kesukaan kami masing – masing, diantara kelima anak – anaknya. Dulu ketika aku masih duduk di bangku SD ibu selalu membelikan jajan ketika beliau pergi ke pasar. Apabila aku, kakak atau bapak ku pulang, pasti beliau memasakkan masakan yang jadi favorit kami.
Mungkin karena ibu kami seorang guru, ia sangat rajin menyuruh dan mengawasi kami belajar, dulu ketika SD hingga SMA aku selalu di temani beliau dalam belajar. Ketika masih SD, beliau “ turun langsung “ mengajari aku belajar. Saat SMP hingga SMA beliau tetap menunggui ku belajar, walau beliau hanya tiduran di sofa depan TV, tempat kami biasa bercengkrama.
Ibu kami selain orang yang baik, ramah, dan santun, Ibu adalah sosok yang sangat tegas pada anak – anaknya. Beliau wanita yang sangat disiplin. Beliau selalu mengajari kami untuk menghargai waktu, beliau sangat tidak suka anaknya keluar rumah di malam hari, pergaulan malam terlalu kotor kata beliau. Pernah beberapa kali aku maupun kakak ku harus menunggu di luar karena tak dibukakan pintu oleh beliau, memang karena kesalahan kami, pulang terlalu malam. Ya, itu cara paling mutakhir memang, dengan cara itu, Aku maupun Kakak - kakak ku tak ada seorang pun yang suka keluar malam.
Beliaulah wanita paling kuat yang aku temui selama 18 tahun lebih aku hidup, walau fisiknya tak lagi muda ditambah penyakit diabetes yang 15 tahunan ada pada raga beliau.
Ibu…Aan kangen…
Itu cerita tentang Ibuku, kini aku akan ceritakan seorang laki – laki setengah baya yang sangat mencintai istri dan kelima anaknya, Bapak ku. Bapak adalah seorang laki – laki yang sangat sabar, seorang laki – laki yang sangat menyayangi anak – anaknya, walau kedekatan kami anak – anaknya tak sedekat kami dengan ibu kami, karena bapak harus bekerja di luar pulau. Beliau laki – laki yang mendidik agama sangat kuat menanamkan nilai – nilai agama dalam hati anak – anak maupun istrinya, Ibuku. Bapak selalu berusaha memenuhi apa yang anak – anak nya ingin,beliau sangat mengerti anak – anaknya, sepeti Ibuku.
Walau tak sedekat dengan Ibu, mungkin karena waktu kami berjumpa sangat terbatas kami mengetahui persis apa yang ada pada sosok bapak kami. Hal yang sangat aku ingat adalah beliau selalu berdoa agar nasib anak – anak beliau dapat lebih baik dari nasib beliau.
Beliau orang yang sangat sayang pada ibuku, tiap hari minimal 2 kali beliau pasti menelepon ibu kami, walau sekadar menanyakan kabar. Perjuangan bapak yang sangat besar, tak kalah dengan perjuangan ibu, beliau harus jauh meninggalkan istri dan anak – anak nya demi menafkahi kami.
Pak, Aan kangen. . . .
Ya Allah, sekiranya Engkau mengabulkan Do’a ku..lindungilah mereka berdua ya Allah, berilah kekuatan pada beliau berdua. Ampunilah dosa diantara keduanya…
AMIN…
gerakan hidupmu dengan idemu
BalasHapushati adalah kuantum terbesar dalam hidup ini maksimalkanlah.....
insya allah mas.....thanks for support..
BalasHapus