Masuk awal tahun 2011, masuk hampir tahun kedua pemerintahan “ SBY – BUDIONO” , kondisi politik mulai panas terasa, memang lazimnya pemilu presiden masih tiga tahun lagi baru akan digelar, memanasnya suhu politik ini bukan karena persiapan saling rebut suara di pemilu, tapi tentang “ amburadul-nya ” koalisi pendukung pemerintah yang digawangi oleh Partai Demokrat (PD), partai yang didirikan SBY untuk menghadapi pemilu 2004 lalu. Koalisi yang terdiri dari beberapa partai seperti Partai Golkar (PG), Partai keadilan Sejahtera (PKS), Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), dan Partai Amanat Nasional (PAN) yang semua “ dikapteni “ oleh PD yang menjadi pemenang pemilu dan sekaligus partai pengusung SBY ini.
Untuk beberapa saat koalisi ini sangat kuat terlihat, apalagi dengan dibentuknya SETGAB (sekretariat gabungan), yang menurut saya adalah sebuah forum komunikasi untuk menyatukan suara sesama anggota koalisi sebelum berdebat di gedung wakil rakyat, DPR . Suara yang sudah “ dibulatkan “ di setgab diharap dapat memperlancar program – program pemerintah yang akan di ajukan di Gedung wakil – wakil rakyat tersebut.
Bagi pemerintah setgab koalisi ini sangat penting fungsinya, bagai karang yang mengamankan pemerintah dari deburan ombak dan hujan interupsi ketidaksetujuan di parlemen. Masing – masing anggota koalisi membangun pertahanan kuat untuk mengawal dan menjaga keputusan – keputusan pemerintah. Entah dasar apa yang digunakan sehingga setgab itu berlangsung hingga saat ini, di negara berkonstitusi. Padahal jika dilihat lebih dalam, setgab dapat membumpat wakil rakyat yang akan menyampaikan aspirasi rakyat, yang dipaksa berubah sejalan dengan alur keputusan pemerintah.
PKS dan PG akhir – akhir ini menjadi artis fenomenal di setgab, keduanya diisukan akan dicerai oleh koalisi yang digagas PD ini. Hal ini terjadi karena kedua partai ini dinilai mbalelo ( bertentangan ) beberapa perjanjian koalisi yang telah disepakati. Isu akan dicerai-nya PG dan PKS disambut akan dipinangnya Gerindra dan PDIP oleh Demokrat agar mau bergabung pada koalisi berbau kekuasaan ini. Tapi semua rencana itu pun berlalu begitu saja, PKS dan PG tetap berada di pihak Demokrat, PDIP dan Gerindra masih loyal sebagai oposisi. Lalu inikah kepiawaian politik SBY? Rakyat butuh kesejahteraan, bukan “ pertemanan kekuasaan “ macan itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar