Selamat
pagi, sebuah semangat baru dari kampus diatas bukit Tembalang. Halaman ini akan
saya isi dengan cerita tentang perjalanan 12 manusia yang hidup di desa baru,
desa yang damai, sahaja, dan selalu terindukan.
Upacara
pelepasan mahasiswa KKN tanggal 16 Juli 2013, sebuah kabar duka mendengung
menimbulkan seribu kesedihan, ayahanda dari temanku Mirna, dipanggil pulang kehadiratnya,
Mirna harus menyerah sebelum perjalanan panjang kita ber-13 dimulai. Semoga
Tuhan menerima arwah ayahanda di sisi terbaiknya, Mirna.
Selo,
sebuah desa dimana aku dan 11 orang saudara baru akan hidup dan berkehidupan
disana, terasa panjang sekali 35 hari, ya KKN kali ini berusia 35 hari, dari
hari ini, hingga hari terakhir perjuangan ini, terlalu panjang hidup dengan
orang yang baru kami kenal.
Hampir
senja dipertengahan juli, perjalanan dimulai dengan motor, 2 jam perjalanan
dari Tembalang sampai Selo. 1 jam perjalanan terakhir, lukisan Tuhan bertema
senja dan hutan hijau karet menghamparluas.
Dua
minggu pertama perjalanan ini, diisi dengan egoism tinggi, marah-marah,saling
sindir, dan perang dingin. Menyebalkan, membosankan, tapi yakinlah kawan, aku
cinta kalian semua. Dua minggu pertama hanya dijalani dengan berbagai program
berselimut keegoisan. Semua di akhiri dengan libur lebaran, kami pulang.
Libur
lebaran usai, sesi kedua dimulai,perjalanan semakin lebih baik, ini jauh lebih
baik. Mungkin karena kangen, atau hidayah lebaran ya. Hari-hari perjalanan ini
hanya berumbar senyum dan canda, tak adalagi tatapan sengit atau balas cibir,
menyenangkan.
Banyak
kegiatan remeh-temeh yang justru menyenangkan dan penuh kesan, take foto yang ribet menentukan lokasi,
dan akhirnya bertemakan suasana sawah di tengah pedesaan, mempersiapkan lomba
tujuh belas agustusan, melatih (lebih tepat bagiku, melihat teman-teman cewek
melatih) lagu dan gerakan-gerakannya untuk expo kabupaten,memetik jambu,
sekadar untuk membuat selai sebagai produk unggulan desa, memecah bungkusan
kopi menjadi lebih kecil agar harganya semakin terjangkau, ya KOPLO Kopi Selo, malam-malam hijrah ke kecamatan sebelah demi bebek goreng, berbagi kebahagiaan dengan puluhan buah durian, sangat menyenangkan.
Terakhir,
perjalanan indah menuju Dieng menjadi penutup yang syahdu, perjalanan yang jika
Tuhan mengijinkan, aku tak akan melupakannya. Dunia indah bersama kita, kalian
dan kami.
Hari-hari
yang menyenangkan dengan orang-orang yang luar bisa seperti kalian.
Terimakasih pak kordes Doyo,mbak Evy teman curhat yang baik , Neng Fitri yang memikat hati, Duo “konco
bosok” Nana-Hanita, hiyung-hiyung Zulfa, bu ustadzah Mbak ni’mah, mas komting
Sandra yang berusaha keras ngapalin lagu “peri cinta”, mas Satria yang selalu
memikat hati wanita, Aglo yangrajin ke Posko, Rian yang ngambek kalo kalah main
poker, aku cinta kalian semua, aku rindu kalian semua.
Terima
kasih keluarga pak Be yang baik hati..keluarga pak Bayan, Seluruh perangkat
desa Selo kecamatan Patean,Kabupaten Kendal, Terima kasih warga desa Selo,
anak-anak selo yang tiap hari meramaikan posko, Aku rindu kalian semua.
Terima
kasih Tuhan, ada coretan indah untuk perjalanan 35 hari ini, aku ingin
mengulang masa-masa seperti ini, bersama kalian pada posisi yang lebih baik. Aku
merindu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar