Facebook

Minggu, 22 Maret 2015

Rumah


Akhir pekan ini berkesempatan pulang ke Purbalinga, setelah 3 bulan tidak pulang, kali ini menemani Donna memindah barang-barang dari kos ke rumah Sokaraja, serta kondangan ke pernikahan seorang senior. Rutinitas “pulang” pada awal saya kuliah di Semarang, amat sering saya lakukan, menengok dan menemani Ibu adalah tujuan utamanya. Dua kali dalam kurun waktu sebulan, pasti saya sempatkan.
Selepas wafatnya Ibu, saya jarang pulang ke Purbalingga. Karena “tak ada lagi” yang musti ditengok di rumah, kebetulan Bapak masih aktif dinas di luar pulau, dan kakak-kakak yang juga jauh merantau. Jadilah, rumah kosong,hanya ditunggu seorang pembantu, yang sudah puluhan tahun setia membantu di rumah kami.  sesekali sewaktu saja ada long weekend, kami memang janjian untuk pulang, temu kangen di rumah, barulah rumah menjadi “berpenghuni lagi”.

Kemarin, saya pulang, rumah masih sama seperti dulu, masih ada pohon-pohon anggrek yang setia “menunggu” pemilik rumah pulang, masih ada akuarium besar, walau sekarang dibiarkan kering tak berisi, dan segalanya masih sama, keculi aroma rumah yang kini khas rumah jarang di pakai, beberapa jaring laba-laba di pojok-pojok ruang, kulit tembok yang  mengelupas di beberapa tempat, yang paling jelas, kini tak ada “Ibu yang menunggu”. Ya Ibu, yang selalu menunggu di kursi panjang di ruang tv, di ruang tamu, di teras, dengan aroma “minyak kampak” yang selalu lekat, beliau yang hangat selalu bisa membuat siapa saja yang pulang, kembali penuh semangat. Sekian, biarkan saya menitihkan air mata, kangen tak ada dua, khusus untuk Ibunda.

Oleh-oleh dari rumah.

Tembalang, 22 Maret 15 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar