Facebook

Sabtu, 23 Juli 2011

Menjadi Pemimpi( n )


Ketika saya masih di SD dulu, saya ditanya guru saya, mau jadi apa saya, Presiden, dengan mantap dan tak tahu betapa berat serta sulitnya jadi Presiden jawab saya lugu saja. Ada teman saya menjawab jadi Polisi padahal badannya cungkring, ada pula yang menjawab jadi dokter, dan masih banyak impian anak-anak super polos diantara riuhnya kelas kami. Satu jawaban teman yang mencengangkan, “ aku ingin punya pabrik knalpot kaya bapak ” dalam suara ngapak nyiur rendah, mungkin ia malu dengan cita-citanya dibanding dengan cita-cita teman-temannya yang membumbung dan terasa sangat sulit tercapai.
Apapun impian dan cita-cita kami kami senang dan sehabis itu lupa lagi dalam ramainya antrian panjang tukang cilok, jajanan SD yang sangat diminati saya dan teman-teman. Kini saya sadar dan ingat kejadian “ beradu mimpi “ bersama teman-teman. Menjadi seorang Presiden, haha.. saya ngakak sendiri, walau sebenarnya saya juga bingung kenapa saya sepolos itu sewaktu SD.

Dari cita-cita itulah aku mulai berani tumbuh. Dari harapan itulah awal semangat kehidupan. Menjadi pemimpi untuk menjadi pemimpin. Menjadi pemimpin memang butuh mimpi, karena gambaran ideal itu hanya ada pada alam mimpi kita,
Menjadi pemimpin itu bukan bakat, tapi usaha diantara raga yang turun dan berani lelah untuk melayani orang lain dan hati yang siap merasa penderitaan orang lain. Dengan kita dekat dengan yang kita pimpin berarti kita sedang menjalani fase belajar, belajar untuk menjadi pemimpin yang manunggal dengan rakyatnya, manunggal bukan hanya karena rakyat adalah konsituen yang hanya diambil kekuatan suaranya.
Menjadi pemimpin hendaknya mengetahui apa yang rakyat kehendaki, merasa apa yang diderita dan mendalami apa yang menjadi masalah rakyat. Menjadi pemimpin berarti siap untuk mengkebiri kepentingannya sendiri demi kepentingan rakyatnya.  Mengkebiri kepentingan konstituen poilitiknya demi kepentingan rakyat yang hakiki.
Pemimpin yang manunggal dengan rakyat adalah ksatria yang berani membela seluruh hak rakyatnya, menjaga rakyat sebagaimana bapak yang menjaga anaknya. Manunggalnya pemimpin dan rakyat adalah ikatan cinta yang tumbuh karena kenyamanan, saling asih asah dan asuh seperti guru yang mengajarkan sesuatu pada muridnya dengan penuh kesabaran. Perhatian pemimpin yang manunggal tak sekadar bagaimana urusan perut, tetapi kenyamanan, ketentraman dan keadilan. Begitulah gambaran pemimpin yang manunggal, yang satu hati, satu jiwa, dengan rakyat, dengan kepentingan rakyatnya.
Pemimpin yang manunggal bukan sekadar dari bakat bawaan lahir, tapi kemanunggalan tersebut berawal dan bersumber dari niat untuk membaktikan dan mengabdikan secara total. Memang ada cerita bahwa pemimpin itu dilahirkan, ya saya rasa juga ada benarnya, seorang kaya raya dengan puluhan perusahaan dibawah kendali tangan akan memberi pegangan bahwa anaknya akan menjadi penerus kepemimpinannya, setidaknya punya harapan lebih bahasa pahitnya.
Menjadi pemimpin bukan hanya sekadar banyak konstituen dan banyak pendukung, tapi jauh dari itu, manunggalnya seorang pemimpin adalah ketika ia dapat menjalin hubungan inter dan intrapersonal denga rakyatnya.
Selamat menjadi pemimpi sebelum jadi pemimpin…selamat mengingat mimpi bagi saudara-saudara yang telah menjadi pemimpin, karena dalam mimpi itulah gambaran ideal tercipta. Selamat.

(Khanif Idris)

5 komentar:

  1. hahahahahhaha.. tukang cilok di bawa-bawa.. wkakakkaka.. but, over all good :)

    BalasHapus
  2. hahaaa...saya kangen sama ccilok SD..

    thanks ya uda di baca...ahhaa

    give advise please..

    BalasHapus
  3. Tulisan yang renyah,,,,, gambaran cemerlang cita-cita masa kecil,,,,,,namun semua itu tergerus setelah dewasa. Apa yang salah dengan kepercayaan diri sebagian anak bangsa setelah dewasa? Menjadi pemimpin adalah pewakafan diri pada pengabdian, meski terkadang dihujat dan dipuja....semua adalah dapat dimahfumi. Selamat atas keteguhan cita-cita.

    BalasHapus
  4. Abubakar Amho Lamahering24 Juli 2011 pukul 07.34

    Tulisan yang renyah,,,,, gambaran cemerlang cita-cita masa kecil,,,,,,namun semua itu tergerus setelah dewasa. Apa yang salah dengan kepercayaan diri sebagian anak bangsa setelah dewasa? Menjadi pemimpin adalah pewakafan diri pada pengabdian, meski terkadang dihujat dan dipuja....semua adalah dapat dimahfumi. Selamat atas keteguhan cita-cita.

    BalasHapus
  5. kaya krupuk..renyah.
    thanks bang...pemimpin manunggal..seharusnya di pelajari..bukan hanya memeras suara rakyat.

    BalasHapus