Negara menjamin keberlangsungan Hak Asasi Manusia setiap warganya, entah itu berawal dari hak hidup, hak belajar, hak menyampaikan pendapat, hingga hak hidup layak dan hak sama di depan hukum yang terasa sangat sulit diwujudkan. Sulit karena masalahnya sangat kompleks ditambah dengan kedewasan dari masyarakat dan pemerin
tah untuk menghargai dan memulai untuk menghormati hak orang lain dalam menjalankan hak diri masing – masing masih sangat rendah, belum lagi “ budaya “ main hakim sendiri dari masyarakat, sebagai imbas kurang dipercayanya aparat penegak hukum dalam akhir – akhir ini.
Main hakim sendiri agaknya sudah menjadi hal yang lumrah sebagai cara terbaik mengahiri suatu permasalahan. Selain kedewasan yang masih lemah dimiliki masyarakat, faktor pendidikan juga punya andil besar dalam kelumrahan ini. Mereka yang mempunyai pendidikan rendah acap kali mengandalkan otot ketimbang otak mereka, semua diakhiri dengan hukum rimba siapa kuat,ia yang menang. Ini menjadi tugas yang berat untuk pemerintah, penegak hukum, dan segenap tokoh masyarakat untuk memberi contoh dan pendidikan pada masyarakat bahwa lebih elok suatu permasalahan diselesaikan dalam lingkup musyawarah dan negosiasi yang lebih mengutamakan kemanusiaan.
Kurang dewasa menyikapi sebuah permasalahan menjadi pangkal dari sebuah kelumrahan yang merusak moral dan jati diri bangsa di mata internasional, teramat banyak contoh yang patut disebut, seperti rusuh pilkada yang mana pihak yang dinyatakan kalah tidak menerima keputusan KPU, dan menyelesaikannya dengan adu otot. Ada lagi masalah yang masih hangat di ingatan kita, ketika sekelompok masa menyerang warga ahmadyiah, terlepas mana yang benar dan yang salah, penyerangan ini seharusnya bisa dicegah dengan mengedepankan kedewasaan dari masing – masing pihak.
Perlu diketahui bahwa kelumrahan main hakim sendiri membawa banyak kerugian, baik pada diri pelaku maupun masyarakat kebanyakan. Oleh karena itu ketegasan pemerintah dan aparat penegak hukum juga perlu ditegakkan di tengah lemahnya kedewasan masyarakat.
Salam Dewasa.
Khanif Idris
( Mahasiswa Ilmu Pemerintahan FISIP UNDIP ’10 )
ibarat ini twitter, 10000000000000000000000000000x RT
BalasHapusmaksudnya??
BalasHapusabsolutely, definitely, yes
BalasHapusthat's the condition know. and need someone to change it
(we are=red, amiiin)
hopefully...
BalasHapus