Pertama dari tulisan ini saya
sampaikan rasa terima kasih pada seorang senior saya di jurusan, bang Samsul
Ode, karena telah berkenan mengijinkan buku turunan dari ayahnya saya bawa
berlibur. Yang kedua saya ucapkan terima kasih pada Andrias Harefa karena dari
“ Berguru Pada Matahari ” –nya lah
inspirasi tulisan ini berawal.
Sekarang, saya akan mencoba untuk
menulis kembali tentang teori kepemimpinan yang diajarkan oleh matahari, yang
telah ditulis dan disampaikan dengan sangat baik oleh Andrias Harefa. Andrias
Harefa menulis bahwa ada 8 prinsip yang patut kita contoh dari matahari yaitu
terbit dari timur, tidak pilih kasih, tidak meminta persetujuan, tidak minta
pengertian, tidak menuntut pengakuan, memberi dan melayani, memberdayakan,
patuh sepenuhnya. Ya, itu lah kedelapan prinsip yang akan saya coba jelaskan
disini menurut buku “ berguru Pada Matahari “ karya Andrias Harefa.
Prinsip pertama, Terbit dari timur,
matahari selalu terbit dari timur setiap pagi dan tenggelam di barat setiap
senja. Tidak ada yang berbeda dan diketahui oleh semua makhluk di dunia ini.
Makna apa yang bisa diambil dari terbitnya matahari bagi sebuah kepemimpinan?
Maknya adalah pemimpin harus belajar transparan, ya transparan pada semua
pihak, kawan maupun lawan. Pemimpin yang belajar transparan pasti akan
mempunyai integritas, jujur mengabdi pada kebenaran sejati, manunggal antara
perkataan dan perbuataan.
Kita berlanjut ke prinsip kedua, tidak
pilih kasih. Matahari terus bersinar setiap hari, ia menyinari bangsa manusia,
hewan, tumbuhan, tanah, mengeringkan air laut jadi garam, menyinari bangsa
manusia dalam lingkup yang besar dimana manusia berbeda suku, berbeda agama,
berbeda negara, berbeda latar belakang, berbeda Tuhan, tapi matahari menyinari
semuanya, tidak pilih kasih. Inilah yang harus dicontoh oleh pemimpin, ia harus
mengayomi seluruh pihak, seluruh rakyatnya tanpa melihat aspek latar belakang
sosial, ekonomi, agama dan segala cultural lag yang tercipta, karena pemimpin
bukan memimpin saya, anda, atau mereka, tapi memimpin segala lapisan rakyatnya.
Prinsip ketiga dari teori ini, tidak
meminta persetujuan. Tak semua manusia di dunia ini dari awal hingga akhir
nanti setuju akan waktu terbitnya matahari, sebagai contoh pada legenda
sangkuriang, matahai dirasa sangat cepat menyembulkan badanya menyinari bumi.
Ya, dalam konteks ini matahari terbit tanpa meminta persetujuan siapapun, ia
hanya mengikuti kemauan Tuhan, hal apa yang bisa diambil dari proses ini?
Adakala dimana seorang pemimpin harus tegas dan kuat mengambil sebuah keputusan
dengan kehendak hati nuraninya tanpa meminta
persetujuan dari orang-orang disekitarnya. Ini akan menunjukan sebuah kekuatan karakter,
dalam bahasa Covey adalah trustworthy. Pemimpin yang berani mengambil keputusan
sendiri dalam waktu yang tepat akan memiliki keberanian dan pertimbangan
calculated risk yang bagus dan bertanggung jawab pada keputusannya apabila ia
salah.
Prinsip selanjutnya yang disampaikan
seorang Andrias Harefa adalah tidak meminta pengertian. Ptolemeus seorang ahli
astronomi yang terkemuka, ia berpendapat bahwa bumi tak bergerak dan
dikelilingi matahari dan bintang-bintang, teori ini bertahan hingga 1400 tahun
dan diterima masyarakat secara mentah. Lantas teori ini dibantah oleh Nicolaus
Copernicus (1473-1543) yang menyebutkan bahwa bumi berpuatar pada sumbunya,
bumi beserta planet-planet lain mengelilingi matahari, dan bulan mengelilingi
bumi. Pelajaran apa yang dapat kita ambil dari sini? Ya matahari selama ribuan
tahun manusia salah mengerti keberadaannya, tapi matahari tetap legowo
menyinari dunia ini, tanpa ia meminta pengertian yang benar. Begitulah
pemimpin, ia harus memimpin sebaik mungkin tanpa ia meminta pengertian terlebih
dahulu pada rakyatnya. Pemimpin yang tidak meminta pengertian ia tak akan
memaksa suatu keinginannya dan ia akan jauh memikirkan kehendak rakyatnya.
Prinsip selanjutnya yang perlu kita
contoh dari matahari, tidak menuntut pengakuan. Sebuah pertanyaan di buku ini
yang saya ambil adalah, apakah anda semua mengakui adanya matahari? Anda jawab
iya, matahari tetap bersinar, kalaupun anda jawab tidak, mataharipun tetap
bersinar. Prinsip ini sejalan dengan apa yang disampaikan Warren Bennis yang
mengatakan bahwa seorang pemimpin sejati tidak akan mengatakan ia adalah
seorang pemimpin, tapi mereka “hanyalah“
orang-orang yang mengekspresikan diri secara bebas dan sepenuh-penuhnya. Dari
sinilah bahwa pemimpin yang belajar dari proses ini tidak menuntut pengakuan
terhadap dirinya, kepemimpinannya, keberadaanya.
Kita sampai pada prinsip keenam yang
bisa kita contoh dari matahari, yaitu memberi dan melayani. Matahari ditakdirkan
untuk selalu melayani dan memberi, ia selalu memberi sinarnya tanpa diminta
makhluk di dunia ini. Setiap hari ia member sinarnya secara cuma-cuma dan ia
sendiri tak pernah kehilangan dari kebiasaannya berbagi. Ddengan berbagi itulah
ia mengukuhkan dirinya sebagai pemasok energy terbesar di dunia. Prinsip yang
dapat diambil dari sini adalah pemimpin harus punya semangat melayani
rakyatnya, bukan semangat meminta pelayanana dari rakyatnya. Max De Pree pernah
menulis bahwa “ tanggung jawab pertama seorang pemimpin adalah mendefinisikan
realitas. Yang terakhir adlah mengucapkan terima kasih. Dan diantara kedua hal
itu, pemimpin adalah pelayan “.
Prinsip ketujuh dari matahari yang
perlu kita contoh adalah memberdayakan. Matahari setiap hari member energynya cuma-cuma,
ia mengilhami manusia mencipta teknologi dari padanya, bersumberkan energy dari
padanya. Hal yang dapat kita ambil dari sini adalah bagaimana pemimpin dapat
memberdayakan orang-orang dibawahnya agar dapat menggantikan ia kelak dengan
bekal yang lebih baik dari padanya. Pemberdayaan hanya mungkin dapat dilakukan
bila ada mutual trust atau saling percaya, Sri Sultan HB X berkata bahwa “
kehilangan harta tak berarti apa-apa, kehilangan nyawa berarti kehilangan
separuhnya, kehilangan kepercayaan berarti kehilangan segala-galanya “
Kita sampai pada prinsip terakhir yang
diajarkan Andrias Harefa pada matahari, patuh sepenuhnya. Matahari diciptakan oleh Tuhan, ia selalu
ikuti apa yang Tuhan inginkan, ia tak pernah melawan, berontak atau untuk
sekadar bertanya. Inilah yang harus dicontoh oleh seorang pemimpin, ia harus
sadar bahwa diatas pemimpin masih ada pemimpin dengan tingkat kepemimpinan yang
lebih tinggi, Tuhan. Kalau dalam bahasa Kho Ping Ho, diatas gunung masih ada
gunung. Prinsip seperti inilah yang akan membuat pemimpin berlaku adil, bijak,
selalu andhap asor, tidak sombong dan mengikuti jalan Tuhan.
Itulah delapan prinsip dari matahari
yang Andrias Harefa tulis sebagai bekal nanti ketika kita menjadi pemimpin. Semoga
bermanfaat.
Terima kasih dan salam bangga pada
Andrias Harefa.
(Harefa, Andrias(2010). Berguru Pada
Matahari Membangkitkan Jiwa Kepemimpinan dalam Diri Kita. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama.)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar