Facebook

Sabtu, 20 Agustus 2011

Memimpin dengan 8 Prinsip Matahari


Pertama dari tulisan ini saya sampaikan rasa terima kasih pada seorang senior saya di jurusan, bang Samsul Ode, karena telah berkenan mengijinkan buku turunan dari ayahnya saya bawa berlibur. Yang kedua saya ucapkan terima kasih pada Andrias Harefa karena dari “ Berguru Pada Matahari ” –nya lah inspirasi tulisan ini berawal.
Sekarang, saya akan mencoba untuk menulis kembali tentang teori kepemimpinan yang diajarkan oleh matahari, yang telah ditulis dan disampaikan dengan sangat baik oleh Andrias Harefa. Andrias Harefa menulis bahwa ada 8 prinsip yang patut kita contoh dari matahari yaitu terbit dari timur, tidak pilih kasih, tidak meminta persetujuan, tidak minta pengertian, tidak menuntut pengakuan, memberi dan melayani, memberdayakan, patuh sepenuhnya. Ya, itu lah kedelapan prinsip yang akan saya coba jelaskan disini menurut buku “ berguru Pada Matahari “ karya Andrias Harefa.

Prinsip pertama, Terbit dari timur, matahari selalu terbit dari timur setiap pagi dan tenggelam di barat setiap senja. Tidak ada yang berbeda dan diketahui oleh semua makhluk di dunia ini. Makna apa yang bisa diambil dari terbitnya matahari bagi sebuah kepemimpinan? Maknya adalah pemimpin harus belajar transparan, ya transparan pada semua pihak, kawan maupun lawan. Pemimpin yang belajar transparan pasti akan mempunyai integritas, jujur mengabdi pada kebenaran sejati, manunggal antara perkataan dan perbuataan.
Kita berlanjut ke prinsip kedua, tidak pilih kasih. Matahari terus bersinar setiap hari, ia menyinari bangsa manusia, hewan, tumbuhan, tanah, mengeringkan air laut jadi garam, menyinari bangsa manusia dalam lingkup yang besar dimana manusia berbeda suku, berbeda agama, berbeda negara, berbeda latar belakang, berbeda Tuhan, tapi matahari menyinari semuanya, tidak pilih kasih. Inilah yang harus dicontoh oleh pemimpin, ia harus mengayomi seluruh pihak, seluruh rakyatnya tanpa melihat aspek latar belakang sosial, ekonomi, agama dan segala cultural lag yang tercipta, karena pemimpin bukan memimpin saya, anda, atau mereka, tapi memimpin segala lapisan rakyatnya.
Prinsip ketiga dari teori ini, tidak meminta persetujuan. Tak semua manusia di dunia ini dari awal hingga akhir nanti setuju akan waktu terbitnya matahari, sebagai contoh pada legenda sangkuriang, matahai dirasa sangat cepat menyembulkan badanya menyinari bumi. Ya, dalam konteks ini matahari terbit tanpa meminta persetujuan siapapun, ia hanya mengikuti kemauan Tuhan, hal apa yang bisa diambil dari proses ini? Adakala dimana seorang pemimpin harus tegas dan kuat mengambil sebuah keputusan dengan kehendak hati nuraninya tanpa meminta  persetujuan dari orang-orang disekitarnya. Ini  akan menunjukan sebuah kekuatan karakter, dalam bahasa Covey adalah trustworthy. Pemimpin yang berani mengambil keputusan sendiri dalam waktu yang tepat akan memiliki keberanian dan pertimbangan calculated risk yang bagus dan bertanggung jawab pada keputusannya apabila ia salah.
Prinsip selanjutnya yang disampaikan seorang Andrias Harefa adalah tidak meminta pengertian. Ptolemeus seorang ahli astronomi yang terkemuka, ia berpendapat bahwa bumi tak bergerak dan dikelilingi matahari dan bintang-bintang, teori ini bertahan hingga 1400 tahun dan diterima masyarakat secara mentah. Lantas teori ini dibantah oleh Nicolaus Copernicus (1473-1543) yang menyebutkan bahwa bumi berpuatar pada sumbunya, bumi beserta planet-planet lain mengelilingi matahari, dan bulan mengelilingi bumi. Pelajaran apa yang dapat kita ambil dari sini? Ya matahari selama ribuan tahun manusia salah mengerti keberadaannya, tapi matahari tetap legowo menyinari dunia ini, tanpa ia meminta pengertian yang benar. Begitulah pemimpin, ia harus memimpin sebaik mungkin tanpa ia meminta pengertian terlebih dahulu pada rakyatnya. Pemimpin yang tidak meminta pengertian ia tak akan memaksa suatu keinginannya dan ia akan jauh memikirkan kehendak rakyatnya.
Prinsip selanjutnya yang perlu kita contoh dari matahari, tidak menuntut pengakuan. Sebuah pertanyaan di buku ini yang saya ambil adalah, apakah anda semua mengakui adanya matahari? Anda jawab iya, matahari tetap bersinar, kalaupun anda jawab tidak, mataharipun tetap bersinar. Prinsip ini sejalan dengan apa yang disampaikan Warren Bennis yang mengatakan bahwa seorang pemimpin sejati tidak akan mengatakan ia adalah seorang pemimpin, tapi mereka  “hanyalah“ orang-orang yang mengekspresikan diri secara bebas dan sepenuh-penuhnya. Dari sinilah bahwa pemimpin yang belajar dari proses ini tidak menuntut pengakuan terhadap dirinya, kepemimpinannya, keberadaanya.
Kita sampai pada prinsip keenam yang bisa kita contoh dari matahari, yaitu memberi dan melayani. Matahari ditakdirkan untuk selalu melayani dan memberi, ia selalu memberi sinarnya tanpa diminta makhluk di dunia ini. Setiap hari ia member sinarnya secara cuma-cuma dan ia sendiri tak pernah kehilangan dari kebiasaannya berbagi. Ddengan berbagi itulah ia mengukuhkan dirinya sebagai pemasok energy terbesar di dunia. Prinsip yang dapat diambil dari sini adalah pemimpin harus punya semangat melayani rakyatnya, bukan semangat meminta pelayanana dari rakyatnya. Max De Pree pernah menulis bahwa “ tanggung jawab pertama seorang pemimpin adalah mendefinisikan realitas. Yang terakhir adlah mengucapkan terima kasih. Dan diantara kedua hal itu, pemimpin adalah pelayan “.
Prinsip ketujuh dari matahari yang perlu kita contoh adalah memberdayakan. Matahari setiap hari member energynya cuma-cuma, ia mengilhami manusia mencipta teknologi dari padanya, bersumberkan energy dari padanya. Hal yang dapat kita ambil dari sini adalah bagaimana pemimpin dapat memberdayakan orang-orang dibawahnya agar dapat menggantikan ia kelak dengan bekal yang lebih baik dari padanya. Pemberdayaan hanya mungkin dapat dilakukan bila ada mutual trust atau saling percaya, Sri Sultan HB X berkata bahwa “ kehilangan harta tak berarti apa-apa, kehilangan nyawa berarti kehilangan separuhnya, kehilangan kepercayaan berarti kehilangan segala-galanya “
Kita sampai pada prinsip terakhir yang diajarkan Andrias Harefa pada matahari, patuh sepenuhnya.  Matahari diciptakan oleh Tuhan, ia selalu ikuti apa yang Tuhan inginkan, ia tak pernah melawan, berontak atau untuk sekadar bertanya. Inilah yang harus dicontoh oleh seorang pemimpin, ia harus sadar bahwa diatas pemimpin masih ada pemimpin dengan tingkat kepemimpinan yang lebih tinggi, Tuhan. Kalau dalam bahasa Kho Ping Ho, diatas gunung masih ada gunung. Prinsip seperti inilah yang akan membuat pemimpin berlaku adil, bijak, selalu andhap asor, tidak sombong dan mengikuti jalan Tuhan.
Itulah delapan prinsip dari matahari yang Andrias Harefa tulis sebagai bekal nanti ketika kita menjadi pemimpin. Semoga bermanfaat.
Terima kasih dan salam bangga pada Andrias Harefa.
(Harefa, Andrias(2010). Berguru Pada Matahari Membangkitkan Jiwa Kepemimpinan dalam Diri Kita. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar