Facebook

Kamis, 10 November 2011

Dari Semangkuk Soto, Bicara Pahlawan


 Bangsa yang besar adalah bangsa yang tidak melupakan sejarahnya termasuk pahlawannya,kata Soekarno. Bangsa yang besar bukan bangsa yang sekadar melebihkan perhatiannya hanya pada ranah politik dan sektoral ekonominya, tetapi juga wawasan kebangsaannya, termasuk asal-usul negara dan pendirinya. Tanpa andil dari orang – orang terdahulu yang telah mempertaruhkan kapital dan nyawanya demi sebuah kata bernama “PERJUANGAN” dan sebuah hasil yang kini kita sebut dengan istilah “KEMERDEKAAN”.

Saya cukupkan intermezzo ini, sebenarnya bagi tadi saya sudah menulis quote dan sepenggal puisi karya Toto Sudarto sebagai sumbangsih memperingati hari pahlawan, sangat remeh – temeh. Siang ini ada rasa geli dan miris ketika saya menyantap santapan makan siang saya, ya semangkuk soto yang dijual oleh ibu kos saya sendiri yang membuat “libido” saya tertarik untuk menulis quotes kedua saya. Bukan karena soto itu melainkan karena tayangan pada salah satu siaran berita di salah satu stasuin televisi swasta.
Dalam tayangan itu ditayangkan beberapa gambar pahlawan oleh seorang reporter yang cantik kepada beberapa anak SD, bukan masalah reporternya yang menarik hati saya, tetapi kepolosan anak – anak dalam menjawab siapa nama tokoh pahlawan tersebut. Beberapa anak hanya menyebut nama Soekarno dan R.A Kartini, tetapi untuk foto pahlawan lain mereka alpha, tidak mengenal. Pada saat reporter menunjuk foto Pattimura, apa jawaban anak kecil itu?
Jawaban yang sangat menggelitik dengan kepolosan mereka. “Uang seribu”, jawab mereka riang. Saya tidak tahu itu asli dari kepolosan mereka atau hanya skenario dari awak media, yang jelas ini sebuah keprihatinan ketika penerus bangsa tidak mengenal nama – nama pendiri bangsanya, bagi saya ini bukan remeh – temeh atau hal sepele tapi jauh lebih substansial, ini sebuah penghormatan dan wawasan kebangsaan pada sejarah bangsanya.
Bukan hanya itu, tanyangan selanjutnya justru lebih ironis dan menggalaukan. Liputan tentang sosok pahlawan veteran yang tinggal di Mranggen, Demak yang kini di era yang telah ia perjuangkan ia masih harus berjuang untuk “kemerdekaan” dirinya, pengakuan sebagai seorang veteran dari bangsanya. Ia menuturkan bahwa ia dan rekan – rekan seperjuangannya pernah terkena bom pada pertempuran lima hari di Semarang. Lebih lanjut ia menuturkan bahwa ia pernah terkena peluru di bagian dahinya.
Keprihatinan ini masih berlanjut dengan ceritanya yang menuturkan bahwa ia harus menjual tanah dan rumahnya demi mendapat pengakuan sebagai veteran. Perjuangan yang seharusnya tak perlu ia lakukan mengingat bakti mulianya demi kemerdekaan bangsa ini. Kini dibalik sorot mata tuanya ia melihat orang – orang berjas rapi memimpin negeri ini, miris.
Sebuah realita yang pantas membuat kepala tertegun malu penerus bangsa yang tak kenal pahlawannya, elit – elit yang melupakan jasa pendiri bangsanya, dan kita hanya menikmati kemerdekaan ini tanpa sumbangsih berarti bagi bangsa ini. Masih egokah kita memikirkan kepentingan sendiri dan melalaikan kolektivisme kepentingan bangsa ?? sebuah refleksi bagi saya dan semoga Anda.
**
Saya sangat berterimakasih kepada reportase tadi di sebuah stasiun televisi swasta yang telah memberikan inspirasi. Saya juga ucapkan terimakasih pada rekan saya Mouliza Kristhopher Donna Sweinstani yang telah membantu tulisan ini menjadi sedikit lebih “lebay”. Kami dedikasikan tulisan ini bagi rekan – rekan di divisi Penelitian dan Pengembangan, HMJ Ilmu Pemerintahan UNDIP.
Salam. 

12 komentar:

  1. ckckkckckkk.. jaman skrg nasinalisme spertinya dah benar2 habis terkikis yah.

    tp anak2 itu syukurnya pas liat bung karno, dak bilang uang 100 ribu. klo smpe bgitu, sepertinya mkin bnyak hal2 lain yg hrus bangsa ini khawatirkan.

    BalasHapus
  2. untung ga ada yang bilang uang kertas 500 an ya...

    BalasHapus
  3. Selamat saudara Khanif!!
    anda telah menginspirasi saya!!

    BalasHapus
  4. Apa semangkuk soto berbicara pahlawan?

    Aku dan kamu dan siapa saja juga bisa jadi pahlawan, mari semangkuk soto berbicara tentang kita hehehe

    BalasHapus
  5. Anonim : judul itu menentukan posisi tawar, mari jadi pahlawan..(bertopeng)

    BalasHapus
  6. Anonim :: Jadi gni loh mbak mas..judul itu sebisa mungkin yg autis biar menarik buat dibaca jadi buat org yang liat pertama kali tuch bertanya tanya, maksudnya apaaan tuh??buktinya mas/ mbaknya jadi tertantang buat baca kan?? yess yess,paw paw *cheersleaders* hehehehehe ^^V

    BalasHapus
  7. Apa itu autis?? korelasi judul dengan autis itu apa? Terus hubungan yang tepat antara semangkuk soto dan pahlawan??

    BalasHapus
  8. Gini mas, mba, maksud autis itu, adalah diluar kewajaran, jadi menarik orang untuk baca..

    hubungannya sangat parsial mas..
    ini adalah permainan bahasa...
    jadi ngga saklek..
    gino....

    BalasHapus
  9. Tapi alangkah lebih baik MENGOMENTARI dengan menggunakan bahasa Indonesia baik dan benar, kalau menggunakan bahasa seperti itu maka suatu saat nanti akan mengikis cara berbicara bahasa Indonesia yang baik dan yang benar.Siapa lagi yang nguri-uri bahasa Indonesia ahahahhaa
    -BdhR-

    BalasHapus
  10. biar ga kaku dan menarik mas bro..
    bahasa kan ada kalanya luwes, perlu intuisi lebih untuk membahasakan hati..

    BalasHapus
  11. sip....

    jd begini para komentator yg sangat kritis, ptma thx sekali udh bsa buat topik disni dan menantang saya buat ikut bertukar pikiran

    sblmnya qt mnta maaf klo diksi dan jargon qt munkin ga lazim di telinga anda sekalian
    kita pake bhsa itu sbnrnya agar bisa mengkomuniksikn isi dari tulisan kami dengan mudah mngingt ga smua org2 di dunia ini tu smua bsa memakai rgm bhsa ilmiah yg baik dan benar sesuai EYD
    trs gni juga cb anda telisik berbagai headline di koran atw media lain, ya kadang juga mereka memakai bhs yg ga nyambung jg kn?ya wlopun okelah mrka sdh lbh ingkat dewa, dan kita masi abal2 yg menuju titik tingkat dewa itu, amiin

    trs knpa kita pake kata autis, analoginya gni, ank autis itu kn emg beda dgn yg lain, tp sbnrnya ank autis itu klo mrka udh concern ke suatu hal dia bsa menjadi OUTSTANDING, nah itu yg kita harapkan.
    dan juga jgn terlalu mengartikan kata2 sec leksikal aja, jg mungkin analisis dari kta2 itu

    tp thx yah ats kripiknya.....eh kritik, itu masukan buat kita
    kalau masi ad yg mau bertukar pikiran lgm nyook, sok atuh, mari kita berbagi dni, smoga bisa jadi penulis yg bkh baik lg ke dpnnya

    xie xie ni men ^^V
    wan an

    BalasHapus