Bangsa yang besar adalah bangsa yang tidak
melupakan sejarahnya termasuk pahlawannya,kata Soekarno. Bangsa yang besar bukan bangsa yang
sekadar melebihkan perhatiannya hanya pada ranah politik dan sektoral
ekonominya, tetapi juga wawasan kebangsaannya, termasuk asal-usul negara dan
pendirinya. Tanpa andil dari orang – orang terdahulu yang telah mempertaruhkan kapital
dan nyawanya demi sebuah kata bernama “PERJUANGAN” dan sebuah hasil yang kini
kita sebut dengan istilah “KEMERDEKAAN”.
Saya
cukupkan intermezzo ini, sebenarnya bagi tadi saya sudah menulis quote dan
sepenggal puisi karya Toto Sudarto sebagai sumbangsih memperingati hari
pahlawan, sangat remeh – temeh. Siang ini ada rasa geli dan miris ketika saya
menyantap santapan makan siang saya, ya semangkuk soto yang dijual oleh ibu kos
saya sendiri yang membuat “libido” saya tertarik untuk menulis quotes kedua
saya. Bukan karena soto itu melainkan karena tayangan pada salah satu siaran
berita di salah satu stasuin televisi swasta.
Dalam
tayangan itu ditayangkan beberapa gambar pahlawan oleh seorang reporter yang
cantik kepada beberapa anak SD, bukan masalah reporternya yang menarik hati
saya, tetapi kepolosan anak – anak dalam menjawab siapa nama tokoh pahlawan
tersebut. Beberapa anak hanya menyebut nama Soekarno dan R.A Kartini, tetapi
untuk foto pahlawan lain mereka alpha, tidak mengenal. Pada saat reporter
menunjuk foto Pattimura, apa jawaban anak kecil itu?
Jawaban
yang sangat menggelitik dengan kepolosan mereka. “Uang seribu”, jawab mereka
riang. Saya tidak tahu itu asli dari kepolosan mereka atau hanya skenario dari
awak media, yang jelas ini sebuah keprihatinan ketika penerus bangsa tidak
mengenal nama – nama pendiri bangsanya, bagi saya ini bukan remeh – temeh atau
hal sepele tapi jauh lebih substansial, ini sebuah penghormatan dan wawasan
kebangsaan pada sejarah bangsanya.
Bukan
hanya itu, tanyangan selanjutnya justru lebih ironis dan menggalaukan. Liputan tentang sosok pahlawan
veteran yang tinggal di Mranggen, Demak yang kini di era yang telah ia
perjuangkan ia masih harus berjuang untuk “kemerdekaan” dirinya, pengakuan
sebagai seorang veteran dari bangsanya. Ia menuturkan bahwa ia dan rekan –
rekan seperjuangannya pernah terkena bom pada pertempuran lima hari di
Semarang. Lebih lanjut ia menuturkan bahwa ia pernah terkena peluru di bagian
dahinya.
Keprihatinan
ini masih berlanjut dengan ceritanya yang menuturkan bahwa ia harus menjual tanah
dan rumahnya demi mendapat pengakuan sebagai veteran. Perjuangan yang
seharusnya tak perlu ia lakukan mengingat bakti mulianya demi kemerdekaan
bangsa ini. Kini dibalik sorot mata tuanya ia melihat orang – orang berjas rapi
memimpin negeri ini, miris.
Sebuah
realita yang pantas membuat kepala tertegun malu penerus bangsa yang tak kenal
pahlawannya, elit – elit yang melupakan jasa pendiri bangsanya, dan kita hanya
menikmati kemerdekaan ini tanpa sumbangsih berarti bagi bangsa ini. Masih
egokah kita memikirkan kepentingan sendiri dan melalaikan kolektivisme kepentingan
bangsa ?? sebuah refleksi bagi saya dan semoga Anda.
**
Saya sangat berterimakasih kepada reportase tadi di
sebuah stasiun televisi swasta yang telah memberikan inspirasi. Saya juga
ucapkan terimakasih pada rekan saya Mouliza Kristhopher Donna Sweinstani yang
telah membantu tulisan ini menjadi sedikit lebih “lebay”. Kami dedikasikan
tulisan ini bagi rekan – rekan di divisi Penelitian dan Pengembangan, HMJ Ilmu
Pemerintahan UNDIP.
Salam.
ckckkckckkk.. jaman skrg nasinalisme spertinya dah benar2 habis terkikis yah.
BalasHapustp anak2 itu syukurnya pas liat bung karno, dak bilang uang 100 ribu. klo smpe bgitu, sepertinya mkin bnyak hal2 lain yg hrus bangsa ini khawatirkan.
untung ga ada yang bilang uang kertas 500 an ya...
BalasHapusSelamat saudara Khanif!!
BalasHapusanda telah menginspirasi saya!!
Apa semangkuk soto berbicara pahlawan?
BalasHapusAku dan kamu dan siapa saja juga bisa jadi pahlawan, mari semangkuk soto berbicara tentang kita hehehe
leo: okre mabroo...
BalasHapusAnonim : judul itu menentukan posisi tawar, mari jadi pahlawan..(bertopeng)
BalasHapusAnonim :: Jadi gni loh mbak mas..judul itu sebisa mungkin yg autis biar menarik buat dibaca jadi buat org yang liat pertama kali tuch bertanya tanya, maksudnya apaaan tuh??buktinya mas/ mbaknya jadi tertantang buat baca kan?? yess yess,paw paw *cheersleaders* hehehehehe ^^V
BalasHapusApa itu autis?? korelasi judul dengan autis itu apa? Terus hubungan yang tepat antara semangkuk soto dan pahlawan??
BalasHapusGini mas, mba, maksud autis itu, adalah diluar kewajaran, jadi menarik orang untuk baca..
BalasHapushubungannya sangat parsial mas..
ini adalah permainan bahasa...
jadi ngga saklek..
gino....
Tapi alangkah lebih baik MENGOMENTARI dengan menggunakan bahasa Indonesia baik dan benar, kalau menggunakan bahasa seperti itu maka suatu saat nanti akan mengikis cara berbicara bahasa Indonesia yang baik dan yang benar.Siapa lagi yang nguri-uri bahasa Indonesia ahahahhaa
BalasHapus-BdhR-
biar ga kaku dan menarik mas bro..
BalasHapusbahasa kan ada kalanya luwes, perlu intuisi lebih untuk membahasakan hati..
sip....
BalasHapusjd begini para komentator yg sangat kritis, ptma thx sekali udh bsa buat topik disni dan menantang saya buat ikut bertukar pikiran
sblmnya qt mnta maaf klo diksi dan jargon qt munkin ga lazim di telinga anda sekalian
kita pake bhsa itu sbnrnya agar bisa mengkomuniksikn isi dari tulisan kami dengan mudah mngingt ga smua org2 di dunia ini tu smua bsa memakai rgm bhsa ilmiah yg baik dan benar sesuai EYD
trs gni juga cb anda telisik berbagai headline di koran atw media lain, ya kadang juga mereka memakai bhs yg ga nyambung jg kn?ya wlopun okelah mrka sdh lbh ingkat dewa, dan kita masi abal2 yg menuju titik tingkat dewa itu, amiin
trs knpa kita pake kata autis, analoginya gni, ank autis itu kn emg beda dgn yg lain, tp sbnrnya ank autis itu klo mrka udh concern ke suatu hal dia bsa menjadi OUTSTANDING, nah itu yg kita harapkan.
dan juga jgn terlalu mengartikan kata2 sec leksikal aja, jg mungkin analisis dari kta2 itu
tp thx yah ats kripiknya.....eh kritik, itu masukan buat kita
kalau masi ad yg mau bertukar pikiran lgm nyook, sok atuh, mari kita berbagi dni, smoga bisa jadi penulis yg bkh baik lg ke dpnnya
xie xie ni men ^^V
wan an