Facebook

Minggu, 13 November 2011

Pancasila Ft. Gadget atau Pancasila Vs. Gadget


Gadget, ya sebuah istilah yang sudah tidak asing lagi di telinga kita dari mulai anak kecil, remaja, dewasa hingga orang tua semua mengenal bahkan akrab dengan hal yang satu ini. Gadget yang berupa notebook, laptop, PDA, Tablet, Handphone, Smartphone, Game Konsol dan jenis lainnya, sangat membantu kehidupan manusia di era informatika ini. Tak perlu dijelaskan panjang lebar lagi tentang manfaat dari gadget. Yang jelas satu kata untuk Gadget adalah sophisticated.


Dari sekian banyak pengguna gadget di muka bumi ini, di belahan dunia manapun gadget sering kali diidentikan dengan kaula muda, ya Pemuda, terutama di negeri zambrud khatulistiwa ini. Dengan gadget tersebut maka pemuda dihadapkan pada dua kemungkinan yang konkret, yaitu memanfaatkan untuk membangun atau memanfaatkan untuk menghancurkan. Pilihan ada di tangan masing-masing agent of change, sebutan yang terkesan “wah” bagi para pemuda meskipun ada kalanya tidak terealisasi secara tepat.
Berbicara mengenai pemuda berarti mau tidak mau kita juga berbicara tentang eksistensi suatu  bangsa. Pemuda sebagai pemegang tongkat estafet dari para pahlawan yang telah mencurahkan kapital pribadinya untuk perjuangan demi kemerdekaan bangsanya, harus melanjutkan cita-cita dan bertanggung jawab terhadap segenap elemen bangsa yang tentunya tetap berjalan didalam koridor yang telah ditetapkan sebagai ideologi bangsa Indonesia, Pancasila. Suatu ideologi yang dianut oleh sebuah bangsa berarti bukanlah sekadar hal yang cukup dihafal oleh anak–anak usia prasekolah dan sekolah dasar saja, melainkan harus ada aplikasi konkret dari generasi penerus bangsa untuk berfikir tentang kontinuitas bangsa dimana ia berada saat ini. Pancasila tanpa adanya pengamalan yang nyata dimana proses pengaplikasiannya tetap difungsikan sebagai ideologi terbuka, mungkin hanyalah sebatas “widget” pengisi sampul belakang dari buku tabungan anak SD atau hanya sekadar hiasan dinding yang dibungkus oleh pigura nan cantik. Oleh karena itu, untuk menghindari hal konyol di atas, sudah sewajarnya Pancasila benar-benar diimplementasikan sebagai suatu ideologi sebagaimana pengertian ideologi yang disampaikan oleh Louis Althusser yang intinya ideologi adalah sebuah kerangka yang mengatur bagaimana manusia semestinya menjalankan hidupnya.
Sebagai ideologi terbuka yang menjiwai gerak langkah elemen-eleman bangsa, berarti Pancasila dalam pengaplikasiannya membutuhkan penafsiran dari masyarakat sesuai dengan zamannya. Seperti di era informatika ini, pengaplikasian Pancasila pun harus disesuaikan dengan apa yang berjalan sebagai imbas globalisasi saat ini, teknologi dan informasi. Jika dulu ketika teknologi belum sesemarak saat ini, sebagai contoh bentuk konkret dari sila ketiga yaitu persatuan Indonesia dahulu mungkin hanya dapat direalisasikan dalam wujud face-to-face interaction –khususnya dalam lingkup yang sempit- ketika harus membahas sesuatu hal yang urgent dan apabila hal tersebut tidak dilakukan maka akan dianggap tabu dan tidak menghormati pihak lain. Namun seiring dengan perkembangan zaman, dewasa ini penyelesaian atau pembahasan mengenai suatu hal dapat lebih mudah yaitu dengan dunia maya, Facebook, Twitter, atau media lainnya yang tidak mengharuskan tatap muka dengan pihak lain. Banyak contohnya, diantaranya ketika ada acara penggalangan dana untuk saudara kecil kita yang kini telah tiada, Bilqis, melalui promosi yang diedarkan di dunia maya, Facebook dan Twitter kala itu, warga Indonesia bersatu padu untuk membantu biaya pengobatannya. Contoh lain adalah yang saat ini sedang gencar-gencarnya dilakukan, ya apalagi kalau bukan dukungan untuk Pulau Komodo sebagai tujuh keajaiban dunia baru. Dukungan tersebut dapat dilakukan melalui televotting dan web.
Kita beralih dari persatuan Indonesia, saatnya menginjakkan pandangan pada kemanusiaan yang adil dan beradab. Rasa kemanusiaan bangsa Indonesia dapat dipersatukan  dengan bantuan teknologi dan informatika yang berkembang pesat saat ini. Seperti kita ketahui negara kita selain diberi limpahan kekayaan dan keindahan yang sangat eksotis, Indonesia juga merupakan daerah dalam ring gunung api dan daerah rawan Tsunami. Hal ini menyebabkan banyak bencana telah terjadi di Indonesia yang akhirnya mengetuk pintu hati masyarakat Indonesia untuk bahu–membahu memberikan aksi maupun donasi. Penghimpunan donasi dilakukan oleh banyak pihak dengan niatan mulia membantu korban bencana alam, ada yang turun ke jalan, ada yang membuat aksi solidaritas berupa konser musik dan sebagainya, dan yang paling gencar dan memberi efek yang luas adalah penghimpunan melalui program yang diselenggarakan oleh televisi nasional maupun swasta. Ini memberi gambaran bahwa arus informatika menyatukan rasa kemanusiaan untuk membantu sesama yang terkena bencana, sesuai dengan sila kedua dalam Pancasila yaitu kemanusiaan yang adil dan beradab.
Dari beberapa contoh tersebut, dapat kita lihat korelasi positif antara Pancasila dan pemanfaatan gadget dalam pembudidayaan nilai-nilai Pancasila. Gadget dengan berbagai fiturnya dapat mempersatukan bangsa Indonesia serta melalui gadget pula aspirasi rakyat yang begitu banyak dapat terfasilitasi dengan mudah. Namun di sisi lain tidak selamanya Gadget benar-benar dapat menjadi media pembudidayaan pengamalan nilai Pancasila yang lebih efisien saat ini. Ingat istilah when the technologies drawbacks. Ya sering kali teknologi justru menjadi boomerang bagi diri kita sendiri. Hal ini justru dapat menimbulkan suasana chaos dalam masyarakat. Contohnya sindiran yang berbau SARA (Suku Agama dan Ras) yang dilontarkan suatu pihak pada pihak lain dan di ekspose ke dunia maya. Dengan kecanggihan gadget yang  terdapat akses langsung ke dunia maya, sangatah mudah persebaran informasi tersebut pada masyarakat. Dari contoh tersebut, justru berawal dari gadget inilah benih-benih perpecahan dan ketidakpercayaan dapat muncul. Disini menunjukkan bahwa gadget dapat pula melunturkan jiwa-jiwa Pancasilais yang tertanam pada elemen-elemen bangsa.
All in all, semua kembali pada diri kita sendiri. Bagaimana kita memanfaatkan fasilitas yang ada saat ini. Namun sudah selayaknya sebagai seorang pemuda yang memegang label   agent of change, kita dapat memberikan sumbangsih nyata untuk membawa bangsa ini ke arah yang lebih baik, dengan memanfaatkan kemajuan teknologi. Upaya pembudidayaan nilai-nilai Pancasila di era informatika ini pun tidak cukup dilakukan oleh pemuda saja, namun di sisi lain pemerintah juga harus turun tangan mencegah segala bentuk kemajuan teknologi yang sekiranya dapat merusak mental generasi penerus bangsa sehingga penanaman nilai-nilai Pancasila melalui media di era global ini dapat berjalan dengan optimal. Contohya dengan memblokir situs-situs porno di internet, sehingga dengan langkah tersebut, pemuda_pemuda Indonesia dapat memanfaatkan internet untuk hal-hal yang positif. Indahnya Pancasila dipadukan dengan teknologi dan informatika. The Last Quote " Pancasila tak akan pernah usang oleh kemajuan zaman".

Referensi :
Suteng, Bambang. 2007. Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta : Erlangga
http://bloggertanahair.blogspot.com/2011/02/pengertian-gadget.html

                                                            **************

Team Penulis :
Khanif Idris
Mouliza Kristopher Donna Sweinstani
Masing-Masing adalah Mahasiswa Ilmu Pemerintahan FISIP UNDIP 2010 & 2011

57 komentar:

  1. Bener tuh... Semangat Anak Muda!!

    http://www.facebook.com/pages/Jawa-Tengah-5-Muhammad-Iqhrammullah-Parlemen-Muda/265473540161102

    BalasHapus
  2. wah..
    ada bang lalu..

    Mari bang.. :D

    BalasHapus
  3. Apa yg anda bahas, tidak lepas dari nasionalisme pemuda. Coba aja dicek, apakah di gadget canggih kalian ada lagu Indonesia Raya? Syukur? Indonesia Pusaka? Bah...mungkin tidak ada. Tapi apabila saya bertanya : ada lagu SM*SH? ada game terbaru? atau bahkan ada BOKEP? 99,99% ada! Tanya kenapa??
    Kemajuan TI seharusnya diikuti dengan kemajuan SDM...tapi nyatanya?? Koplak...
    Hahaha...beginilah endonesya...
    Perlu banyak lagi pemuda seperti anda untuk merubah endonesya menjadi Indonesia.

    BalasHapus
  4. Semoga mabro..
    semakin majunya IT dapat diimbangi dengan majunya SDM,
    semoga pula, generasi muda saat ini semakin nasionalis pada bangsanya dan dapat nguri-uri budayanya, sebagai aset yang dapat melejitkan nama bangsanya di mata dunia, Indonesia Bisa.

    BalasHapus
  5. eh barusadar td bca di komen mas yg pke nama ganteng....
    gadget gw ada lgu indo raya, trs sbag lagu nasional dlm format midi....
    oke mari bernyanyi untuk indonesia, siapa ikut??

    BalasHapus
  6. apakah pancasila sebagai ideologi terbuka benturan dengan kapitalisme dan liberalisme sebagai konsekwensi logis dr sebuah proses menuju global village?
    apa ekses negatif globalisasi? dan bagaimana peran dan posisi pancasila dalam arus globalisasi? akankah hanyut ditelan derasnya arus atau bahkan bertahan?
    coba jelaskan Bang Polang...

    BalasHapus
  7. Aq mau coba jawab dari pertanyaan brilian mas Ardi di atas.. Tapi sebelumnya saya mau mengawali dengan sebuah refleksi dulu.. Apakah selama ini sikap kita sudah mencerminkan pancasila? Hehehe..kalo belum ya hancur saja masa depan Indonesia. Tinggal tunggu waktu.
    Ya kira2 seperti itulah, jawaban dari pertanyaan di atas sangat bergantung pada sikap para penerus bangsa ini, termasuk yg ngebuat tulisan ini dan yg komen. Hehehe...
    Kalo kita punya integritas, saya yakin kita bisa mengglobal tanpa harus kehilangan jati diri.

    BalasHapus
  8. Globalisasi adalah sebuah keniscayaan, mau ga mau ya pasti menggelobal.
    jawaban pengantar yang simpel, bagi saya ya tergantung masing-masing indivdu dalam menghayati makna pancasila itu sendiri.
    Pancasila tak bisa dipaksakan, pasti banyak ragam, dan tingkatan yang berbeda dalam penghayatannya.
    kalo saya dengan kemampuan saya, hanya bisa jawab seperti itu mas ardi..hehhehee..
    ^^V

    membentur atau tidak, Pancasila adalah jati diri yang dapat menyelaraskan dengan perkembangan jaman, dan yang paling penting, Pancasila punya ciri atas keIndonesiaannya.

    BalasHapus
  9. Terima kasih pujianya Bang Ben...
    jawaban Bang Ben dan Polang kok sama? abis jadian ya? haha...
    jawaban kalian klasik, masih terlalu umum, floating...
    jika berkenan saya ingin bertanya lebih jauh tentang kedudukan pancasila dalam globalisasi...
    Bagaimana menurut kalian tentang masyarakat hukum adat dan kaum etnosenttrisme dalam menanggapi globalisasi?

    BalasHapus
  10. useh... cakep cakep. saya mah au dah, puyeng. ikut vote ama baca ajah.. sapa tau keurugan pinter.. kali...

    orang kata, kuliah ntu nomer 6, 1 ampe limanya pancasila. kekekeke

    BalasHapus
  11. kereeeeeeeeennnnnnnnn *.* #padahal ga tau isinya apa wkkwkwkw

    BalasHapus
  12. hihihihii..
    mas ardi orang hukum saya rasa lebih tahu..
    itu saya jawab sesuai pengetahuan yang saya dapat.. :D

    BalasHapus
  13. Apapun bagi saya, Pancasila dan NKRI harga mati,
    terserah perspektif anda..

    mari belajar bersama...

    :D

    BalasHapus
  14. Ditanyain kok gitu... terkadang anda kurang... T_T

    BalasHapus
  15. hihihiii...
    kurang apa ya??

    maaf, pengetahuan saya baru sebatas itu, belum menguasai hukum adat dan segala macem, kalo di jawab asal, malah repot, saya ga berani jawab tanpa dasar.. :D

    menurut mas ardi gimana? mari bertukar ilmu..
    :D

    BalasHapus
  16. masyarakat yg etnosentris menghadapi globalisasi mrka ikut2 aja kok,welcome salah satu contoh konkretnya gni (yg udah pernah aku tau aja yak)
    suku baduy, ya dulu aku pernah ke baduy bahkan ngobrol sama ank kepala sukunya, namanya kang alam lo ga slh, dy bilang lo baduy luar mrka jg ad kok yg "murtad" dri baduy krna tergiur globalisasi
    bhkan mlh ad yg disuru buat belajar smpe ke ciboleger sekalipun bandung biar trs abis itu mrka balik ke baduy ngajarin org2 baduy dalam
    FYI, org2 baduy luar juga ad yg udh pake hp loh, so mnrt saya globalisasi memang menglobal, ya brarti mrka juga ga konservatif2 amat lah, mrka jg lama2 mulai memikirkan masa dpnnya jg

    *maaf lo ga nyambung, aku ngtik dlm keadaan ngantuk,,ahahahahaa

    BalasHapus
  17. wah..Dona masi Idup..:D
    hihihi..
    yang saya tahu, dulu saya pernah diajar, kalau Pancasila tak akan pernah usang oleh jaman.. :D

    BalasHapus
  18. Oh..itu mungkin karena ilmu yg aq pelajari sama dg khanif. Jadi mungkin terlihat sama.. Tapi kalo diperkenankan, saya mau kasi pengantar dulu..
    Dalam dunia ini, hal yg paling mudah adalah komentar..yg agak sulit adalah bertanya..dan yg paling sulit adalah menjawab. Jadi apabila kita berada dalam situasi di mana kita harus menjawab, maka jawaban kita harus bijak.
    Saya melihat pertanyaan mas ardi itu memiliki potensi jawaban bervariasi dari setiap individu. Saya tidak mau sok tahu dan sok bener sendiri dengan disiplin ilmu saya.. Jawaban saya memang umum..klasik..tapi bagi saya itu yg terbaik. Dan kritik dari jawaban saya sudah saya perkirakan, dan ternyata benar anda mengkritik demikian. Hehehe.. Kalo boleh saya bertanya, adakah kesalahan dari jawaban saya? Kalo ada mohon dikatakan karena saya orangnya open minded.. :-)

    BalasHapus
  19. yey ya masi idup lah, wlopun tinggal 11,5% mataku..ckckck, sudah rasanya ingin terpejam dan merasakan empuknya kasurku..#saya lebay

    oya td aku kurang jelasin..kang alam atau alan itu td tuh ya..ganteeeng bgt..aku ad fto ma dya *ga penting di share

    oke balik ke topik ::
    yah intinya kite2 yg muda2 jgn cma apal pncasila aja tp diamalin dan dibagi pengetahuannya..
    *pasti absurd nih komen..wkwkwk

    9% remaining
    zzZZzzzZZ

    BalasHapus
  20. *blogwalking*

    gadget blognya di renov lagi dong bang, biar makin kereeeen :)

    BalasHapus
  21. oke mba..
    takut lola koh mba..
    makasi masukannya...
    :D

    BalasHapus
  22. :: Maaf Dona bukannya Etnosentrisme itu membuat kebudayaan kita sebagai patokan untuk mengukur baik-buruknya kebudayaan lain dalam proporsi kemiripannya dengan budaya kita?
    :: seengganya ada jawaban yang lebih berarti mas Polang. :D
    :: Dalam pernyataan Bang Ben diatas tentang komentar, bertanya, dan menjawab saya kurang setuju karena relatif/itu tergantung dari pandangan serta situasi masing". ^_^

    BalasHapus
  23. ya yang jelas, Pancasila itu digali dari akar-akar budaya bangsa, pancasila mewakili semua...
    :D
    hanya pandangan-pandangan parsial yang mendeskriditkan pancasila tak Sejalan kemajuan jaman dan arus globalisasi...

    BalasHapus
  24. Numpang ngeksis http://diahputu.blogspot.com/ hahahah, mari berkunjung masbroh-masbroh :)

    Hidup blogger Indonesia ! *wink

    BalasHapus
  25. ada yang iklan..
    hihihihi..
    mbayar mba??*lho?

    BalasHapus
  26. lah iye....kan org baduy tadinya tu dri ceritanye bang ganteng ank kepala suku itu tuh mrka sma skli ibaratnya ga mandang kebud lain,,yg mrka anggep saingan tuh tengger..
    tp seiring dengan pkmbngn jaman mrka tu lm2 mngurangi rsa entsntrsnya yg bahkan mungkin sdh mencapai trf narsisme bdya..
    gtu..
    yo wess lo kta mase apaan??aku idem deh,,aku dah ngantuk ig

    5.8% remaining
    ZzzZZZzz

    BalasHapus
  27. Hoho..boleh boleh..
    Ayo coba kita ulas..
    Seandainya saja anda ikut diskusi/seminar..
    Dan tiba2 moderator meminta anda untuk berkomentar.. Tentu saja mudah, komentar itu subjektif..sangat normatif.
    Namun ketika anda ditunjuk untuk bertanya, di sinilah anda mulai memutar otak..dan pertanyaan mencerminkan kebijaksanaan org tsb. Apakah org tsb sudah tahu tapi tetap bertanya untuk tujuan menguji/menjatuhkan, ataukah sebuah pertanyaan yg bijak yg benar2 anda tidak tahu.
    Dan yg terakhir, ketika anda dihadapkan pada sebuah pertanyaan, di sinilah seluruh tanggung jawab dan kredibilitas anda dipertaruhkan.. Maka berhati2lah dalam menjawab.
    Nice to have brain storming with you..

    BalasHapus
  28. Postingannya bagus, runtut, berani dan kritis, tapi masih sedikit abstrak & bertele-tele.

    Lebih semangat yaa nif :)

    Topiknya ada sangkut pautnya sama jurusan sayaa, uwoooo *excited*

    BalasHapus
  29. wah mas ben patut tuwo...
    bijak..:P

    BalasHapus
  30. oke mba putu..
    makasih masukannya, kami suka berwisata kata-kata, jadi terkesan bertele-tele, tapi tujuan kami biar makin jelas dan gamblang.. :D
    ini tulisan ku sama adek kelas ku,
    salam dari kami..
    yeyey pow-pow/

    BalasHapus
  31. mba diahputu :: thx mba *aku terharu ga sia2 aku nglembur..
    uhuhuuuwww T.T
    *nagis guling2*

    2.7% remaining

    BalasHapus
  32. ditunggu postingan selanjutnya yang lebih gurih *krauk

    BalasHapus
  33. wah donna sama mba putu kletuk-kletuk deh..

    BalasHapus
  34. :: Donna, hmn? bukannya tadinya anda cerita tentang suku baduy pake HP, nah kok bisa jadi bauduy vs tengger?
    ya saya kasih contoh saja mungkin misalnya suku baduy tidak menganggap bahwa kebudayaan suku lain lebih baik dari budaya mereka...
    :: mas Polang, okelah... ^_^
    :: Bang Ben bijak, saya setuju dengan pendapat anda tentang menjawab pertanyaan menunjukkan sebuah tingkatan yang mempertaruhkan prestice ^_^
    :: Mba Putu, sudah saya survey mba, baru sadar kalau ada mba Diah putu :P

    Ayo kuliah kuliah...
    Aduh meh telat iki... T_T

    BalasHapus
  35. SELAMAT MENEMPUH UMUR BARU KORPS BRIMOB . . .
    mari kita rayakan dengan mengunjungi blog saya ^_^
    http://hukumku-hukummu.blogspot.com/2011/11/budaya-pancasila-di-era-informatika.html

    BalasHapus
  36. Oke...
    wah blognya keren... :)
    mari berkompetisi.. ^^V

    BalasHapus
  37. blog sudah bagus dan cukup variatif, saya percaya dona pasti bisa karena pengalaman sudah membuktikan...semangat don !

    BalasHapus
  38. iya bu...terimakasih.....ini jga saya ga sndri kok bu, sama kk angktn saya itu Mas Khanif Idris.
    jd sya blm bersolo karier bu,,heheheee

    BalasHapus
  39. semangat untuk duo bersaudara ... .. . :D

    BalasHapus
  40. hmm...ide artikelnya bagus...
    tp akan lebih bagus kalo besok direalisasikan sebagai gerakan yg lebih nyata atau mungkin bisa sosialisasi yg sebenarnya...agar manfaatnya lebih besar...

    semangat donce :)!!

    BalasHapus
  41. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  42. makasih teman-teman semangatnya, semoga semakin banyak pemuda Indonesia yang menghayati Pancasila sebagai nilai dasar dalam kehidupan dan kebangsaanya, Sehingga bangsa ini makin maju dalam era teknologi dan informatika ini, dan juga diimbangi dengan semakin kuat kultur ke-Indonesiaan-nya.
    ^^V

    BalasHapus
  43. konteks pemuda kurang eksplisit,mahasiswa pengangguran atau siapa? serta kalo mau membahas pancasila harus mengkomper sejarah lahirnya pancasila itu sendiri dengan gadget,bagaimana keduanya lahir dari rahim yang berbeda. Terus jangan hanya dalam ranah teoritis tapi bisa juga lebih pragmatis dalam gebrakan. tapi keseluruhan bagus, jangan pernah lelah tuk berkarya.

    BalasHapus
  44. Oke akang jejen..
    hatur nuhun..

    masukan yang membangun,
    kami meliputi semua, tak ada kaum parsial yang kami sorot terlalu dalam, tujuannya adalah agar semua pemuda dalam perannya masing-masing yang berbeda-beda dapat berkontribusi dalam pendalaman makna Pancasila dikehidupan nyata.. :)

    BalasHapus
  45. Bukan Amerika dengan E Pluribus Unnum nya, bukan jepang dengan semangat bushidonya, bukan pula yang lain. Indonesia itu Pancasila, suka atau tidak, mencengkeramnya erat erat seperti yang dilakukan Sang Garuda ialah harga mati.

    BalasHapus
  46. Ya saya setuju, menjaga cengkraman itu untuk tetap kuat mengait Pancasila di hati Masyarakat dan utamanya pemuda Indonesia.

    BalasHapus
  47. untuk Indonesia, apa sih yang tidak. ehehe

    BalasHapus