Facebook

Sabtu, 10 Desember 2011

Alhamdulillah …


Air mata ini membasah di ujung mata, tak tertahan lagi rasa yang membuncah pagi ini, rasa syukur yang mendalam dalam subuh ku yang terlampau agak siang. Sebuah ingatan tentang hari kemarin yang membuat akhir tahun ini menjadi haru biru.
Akhir tahun yang mendayu, akhir tahun dimana ingatan ini akan jadi batasan yang mengantarku menjemput masa depan, anganku. Kedua tangan aku rapatkan, ujung-ujung jari ini ku tempelkan di keningku, aku masih bersila.
Sesekali aku melihat pantulan cahaya dari batu merah jambu di ujung jari manis tangan kananku, sebuah cincin hadiah dari seorang bapak, suami ibuku. Ibu jariku tetap merapat keduanya, kanan kiri. Ujungnya didagu, jadilah tangan ku seakan membelah muka, ujung kedua telunjuk di kening, dan ibu jari kediua ujungnya menyatu di dagu.
Ujung telunjuk-telunjuk ini seakan mempunyai alur sendiri yang simetris, mereka mengurut dahiku, pelan dan semakin membuat aliran sungai kecil di ujung mataku mengalir tak terbendung. Aku hanya terisak.
Aku tersedan, aku mengharu biru, aku tertegun, semua membuncah mengingat hari kemarin, ketika usia menjadi 19 dalam tahun kehidupanku. Aku masih ingat penggal demi penggal kejadian kemarin, runtut.
Dunia lain aku nikamati bersama Supis, teman kos ku, aneh malam ini, kos sepi, dan hanya ada dua pasang mata di depan televisi, tiba-tiba dua suara keras berteriak, aku kaget, reflek aku mendekat, penasaran.
Suara Wicak dan Gendul, menerangkan suatu hal, aku membungkukkan tubuhku mencoba mengamati yang mereka tujuk. Tapi, zap….mereka menangkap kaki dan ujung tangan ku, aku digotong menuju teras kos yang sepi tempat awal aku menikmatai tayangan mistis tadi.
Ada Hilmi, seorang senior kos yang sedang asik menyantap mi instan, mentah. Ada Supis yang diteriaki, “ njikot banyu…njikot banyu cepet..”.aku tak mengerti lagi apa yang dilakukan orang-orang ini, yang jelas badanku basah kuyup, dan mi yang sedang Hilmi nikmati bisa berada dalam celanaku, panas karena bumbu pedes mi tak terelakkan lagi.
Mau tidak mau badan ini harus dibasuh pagi buta ini juga, dingin membasuh badan ini langsung tanpa permisi, kuputuskan aku harus cepat tidur, masuk selimut, sambil mendengar alunan musik yang aku putar di laptopku.
Pukul 03:02, aku baru tidur 90 menit nampaknya, telpon seluler ku berdering, aku jawab panggilan itu, tak kulihat dari siapa, tapi aku tahu suara itu, Donna adik ku. Ucapan selamat dan doa yang ia ucapkan hanya bisa kubalas dengan amin dan terima kasih, aku tidur lagi.
Aku baru saja subuh, ponsel berdering, sebuah deringan yang aku tunggu, Ibu atau Bapak? Aku bertanya. Ternyata panggilan itu dari Ibu. aku jawab panggilan itu, salam yang lembut  aku beri sebagai sapaan, seperti biasa. Jawaban salam mengawali ucapan selamat, dan beberapa doa yang Ibu panjatkan pagi subuh ini sebagai pengharapan akan perubahan padaku di umur yang baru. Aku hanya mengamini dan larut dalam isakanku.
14 menit kemudian, ponsel ini berdering, dari Bapak panggilan ini berasal, ucapan dan doa lancer tepanjat dari kata-katanya, sama seperti tadi, hanya amin dan terisak. Isakan lirih ini masih tersisa sampai telpon itu ditutup salam. Telpon kembali berdering, kali ini dari pacarku, sama, ucapan dan doa, bedanya aku hanya mengamini tanpa terisak. Ia member sebuah hadiah berupa note di FACEBOOK berisi ucapan selamat, doa, dan harapannya dan teman-temanku yang ia kumpulkan entah mulai kapan, makasih sayang, makasih kawan-kawan.
Pagi masih mencoba mangantar mentari, kira-kira pukul 06.20, setelah kubaca pesan singkat ucapan selamat dan doa dari ponselku yang dikirim oleh kakak dan kawan-kawanku. Pintu terketuk, aku buka pintu papan kamar kosku, dan sebuah cahaya kuning dari api lilin menyambut rona wajah cantik pacarku, Cynthia. Ia membawa sebuah kue tart bernuansa coklat, Aku tiup pelan lilin 19 itu. Aku panjatkan doa kembali. Tart itu ku potong kecil-kecil dan kubagi pada semua yang ada di rumah ini.
Hadiah yang tak terduga aku dapat dari pacarku ini, Cynthia. Selain note yang berasal dari berbagai sumber, mulai dari kakak dan kawan-kawan kampus. Ia juga membawa selembar kertas besar yang berisi ucapan dan doa dari kawan-kawan kos ku, entah kapn ia mengumpulkannya.
Sampai siang masih banyak ucapan itu bermunculan, lewat pesan singkat, ucapan langsung dikampus, terima kasih kawan- kawan atas ucapan dan doa kalian. Semoga kita menjadi orang-orang yang semakin baik kedepannya.
Sehabis maghrib aku rebahkan badan ini, sidang di kampus cukup melelahkanku, sebuah telepon dari adikku, Donna. Ia meminta ijin berkunjung ke kos sebentar. Aku tunggu ia di depan kos, Ia datang mengambil kertas yang aku pinjam tadi dikampus, dan ia juga memberiku sebuah novel yang sudah sepertiga darinya kubaca malam itu juga, sepertiga yang membuat haru biru. HAFALAN SHALAT Delisa, karya Tere Liye.
Ya, itulah hari kemarin, ketika usia ku ada pada angka 19 pada tahun kehidupanku, terima kasih Doa,ucapan, dan kadonya Ibu, Bapak, Kakak, Sayangku Cynthia, Adekku Donna, dan kawan-kawan semua. Amiin untuk semua doanya, semoga kita menjadi lebih baik kedepannya.
Alhamdulillah…ya Allah atas segala nikmat-Mu yang Engkau beri selama ini, maaf atas segala dosa yang hamba lakukan, bimbing hamba untuk menjadi manusia yang lebih baik dari hamba yang kemarin, hamba yang dahulu, lindungi hamba dan orang-orang yang ada disekitar hamba dari siksamu di dunia dan akherat. Amiin.
Khanif idris

4 komentar:

  1. ga tw knpa ak terharu biru smpe tersedan baca ini....

    =`)

    BalasHapus
  2. wih, hafalan shalat delisa. sya bacanya taon berapa yah. lupa. tpi mmg bagus bener tuw buku. sumpah bikin mewek, plus malu sma tabiat sendiri. :)

    BalasHapus
  3. semoga kau senang di hari kemarin sayangggg :)
    aku juga gak lupa gmna ekspresi muka kamu pas buka pintu.. hihihihi :) semoga kamu menjadi insan yang lebih baik lagi yaa sayang :) Amieeennnnnnnnn :D

    BalasHapus