Perahu
naga adalah salah satu cabang olahraga yang mulai dilirik beberapa pemuda saat
ini, olah raga ini mengutamakan kekompakan selain juga fisik yang kuat. Olahraga
yang diikuti banyak orang dalam satu tim dan dikepalai seorang pemimpin yang menabuh
genderang penyemangat didepan.
Hampir
sama dengan perahu naga, pun dengan negara, banyak rakyat dan minoritas pemimpin. Ya, semoga tidak salah
saya menganalogikan keduanya. Seharusnya sama pula dengan “rakyat” dalam perahu
naga, menurut pada pemimpinnya, tetapi pada hal ini, rakyat pada negara banyak
yang berlawanan dengan pemimpinnya?
Mari
kita runtut pertidaksamaan ini, pada perahu naga, adanya satu tujuan yang sama
antara para pendayung dan pemimpinnya, mencapai garis finish paling cepat. Sadar
dengan tujuan tersebut, mereka membagi tugas dengan jelas, ada yang mendayung,
pemimpin dengan tugas memberi arahan dan semagat, pun dengan pendayung yang
masih dibagi lagi, penyeimbang kiri dan kanan agar bahtera tidak oleng, ya
sangat rapi, sistematis, satu komando dan satunya dalam tujuan.
Negara
pun punya tujuan yang sama antara pemimpin dan rakyatnya, yaitu sebuah keadaan
bernama “sejahtera”. Namun, tak seperti pada perahu naga dimana adanya satu
komando, adanya pemimpin yang memberi semangat dan arahan yang jelas untuk
meraih tujuan yang sama, pada negara pemimpin mengejar kesejahteraannya
sendiri, rakyat pun demikian karena tak ada arahan jelas dari pemimpinnya yang
seharusnya memberi arahan dan semangat menuju kesejahteraan.
Terkadang
pemimpin memang memberi arahan, tetapi tindakannya justru berlawanan dengan
arahan yang Ia beri pada rakyat. Anda ingin contohnya? Saya akan beri contoh
yang saya ketahui, baru-baru ini, pemerintah mengajak untuk menggunakan dan
mencintai produk dalam negeri, tapi, lihatlah proses renovasi dan pengadaan barang
di DPR, kursi-kursi baru yang ditempatkan di ruang Nusantara II untuk Banggar
DPR justru didatangkan dari Jerman dengan nilai masing-masing item kursi yang ditaksir hingga 20 juta.
Angka yang bombastis, dan lihat, satukah perkataan dan perbuatan untuk menggunakan
dan mencintai produk dalam negeri?
Saya
akhiri saja tulisan ini, masih banyak contoh lain sebetulnya, tapi pagi ini
saya ada jadwal ke kampus, jadi saya cukupkan saja sampai disini. Semoga para
pemuda yang mencintai olahraga perahu naga dapat membanggakan negara ini di even olah raga internasional, dan semoga
pula para rakyat yang “tidak bisa” menggunakan perahu naga, semoga dapat
mengambil filosofi perahu naga bahwa sebuah negara akan mencapai tujuannya
dengan kerja sama yang baik, dan yang paling penting bagi para pemimpin, beri
kami dukungan, arahan, dan komando yang jelas sehingga tujuan itu semakin
nyata, pun dengan satunya perkataan dan perbuatan anda semua para pemimpin,
selain kerja nyata karena anda juga bagian dari masyarakat Indonesia yang sama
ingin sejahtera-nya. (Khanif Idris)
awesome... =))
BalasHapusapaan tuh??
BalasHapusIlustrasi perahu naga yg kompak aq rasa kurang sesuai mas bro..
BalasHapusIndonesia terlalu majemuk untuk bisa satu visi menuju ke depan. Kepentingan masing2 rakyat berbeda di setiap daerah. Bahkan ada juga yg udah distrust pada negara..
Masalah tingkah laku DPR, saya mah males nanggapin..pinginnya langsung nonjokin mereka satu persatu.
waa... amazing! gimana kalo kita curi kursi DPRnya terus kita jual?? lumayan kan 2 kursi aja bisa laku 40juta :D
BalasHapuscintai produk Indonesia?? pakai batik..! ada di FB Famysa Collections :P
dahsyat...bgs bgt mas.....pemikiran yg keren.saran yah...analoginya dbuat lbh menggigit lg klo bsa
BalasHapusshare ke kaskus biar semua buka mata krna tulisanmu
maju terus indonesia ku..:D
BalasHapusmakasih masukannya semua..
BalasHapusmas ganteng: aq ambil analogi perahu naga dengan asumsi dalam hal kekompakannya.. :D maaf kalo masih terlalu sederhana..
awsome mas khanif!!
BalasHapussangat menginspirasi... terus berkarya mas khanif... :)
siap mas Aldio..!!
BalasHapus