Facebook

Selasa, 01 April 2014

Bertarung Ideologi.


Masa kampanye sudah hampir usai. Seharusnya peserta pemilu, partai politik maupun perseorangan calon legislator telah menjabarkan bagaimana Visi, misi, program kerja serta platform  mereka pada khalayak pemilih. Dimulai dari mereka identifikasi apa masalah bangsa hari ini, menganalisis lalu menggunakan Visi, misi, program kerja serta platform-nya sebagai alat untuk membawa “perbaikan” pada kondisi bangsa hari ini.

Sepanjang masa kampanye, kita justru jarang disuguhi keempat alat tersebut, kita lebih sering disuguhi  baliho memampangkan muka si calon legislator, tanpa lebih spesifik menyebutkan gambaran apa yang akan mereka beri untuk “memperbaiki” kondisi bangsa ini. Kampanye rapat umum, justru menjadi bagian acara yang berfokus pada penyajian acara yang menampilkan artis dangdut, atau politisi yang tetiba menjadi artis dangdut dadakan, larut tenggelam dalam hegemoni yang suka ria, berjoget, ada pula yang sambil membagi uang. Terlepas dari benar-atau tidaknya, memang ini bagian dari strategi, tetapi nampaknya mereka abai pada fungsi mereka pada rapat umum untuk menawarkan dan bertarung menggunakan Visi, misi, program kerja serta platform-nya dengan kontestan lain.

Seharusnya, sedikit demi sedikit, partai politik atau mereka yang menenggelamkan diri dalam kehidupan politik, sadar bahwa mereka memiliki fungsi sosialisasi dan edukasi politik. Dengan kesadaran tersebut mereka berusaha “mencerdaskan” pemilih, “merasionalkan” pilihan pemilih. Kesadaran mencerdaskan akan membawa pada situasi berpolitik yang lebih baik, “berperang Visi, misi, program kerja serta platform-nya” sebagai alat menghimpun pemilih untuk memilih mereka. Sehingga tak lagi kita hanya beranggapan bahwa masa kampanye adalah masa dimana sampah-sampah terpaku di pohon, baliho-baliho memampangkan wajah pas-pasan caleg, atau pesta-konser dangdut yang terus berlanjut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar